Malangtrend.com – SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School kembali melahirkan cipta karya dari para siswanya yang kreatif. Program literasi yang selama ini konsisten dikembangkan sukses menciptakan 25 buah buku. Hasil karya tersebut murni dari anggota siswa yang tergabung dalam Komunitas Gubuk Literasi SMAIS.
Karya buku yang mereka tulis berjenis fiksi, seperti cerita pendek (cerpen), puisi, novel, ataupun Karya Tulis Ilmiah (KTI). Karya mereka ini menambah koleksi perpustakaan sehingga semakin kaya akan karya lokal siswa SMAIS sendiri.
Komunitas Gubuk Literasi SMAIS sendiri adalah organisasi yang menjadi wadah dalam bakat minat dan keterampilan siswa dalam menulis. Ketua Komunitas, Marwa Nisrina Arifah Putri kelas XI IPS 2 mengatakan organisasi tersebut tidak hanya fokus pada setiap individu di dalam organisasi gubuk literasi.
Tetapi, juga seluruh warga SMAIS. Di mana organisasi memiliki peran dalam meningkatkan minat literasi atau membaca. “Komunitas Gubuk Literasi pertama kali didirikan pada tanggal 1 Agustus 2018 oleh salah satu guru kami, Ibu Diah Budiarti, S.Pd., M.Pd,” katanya kepada Malang Posco Media.
Ia menambahkan, bahwa komunitas tersebut memudahkan untuk menentukan delegasi-delegasi yang nantinya sebagai wakil terbaik sekolah untuk mengikuti lomba literasi eksternal. “Kami juga membuka kesempatan bagi siswa non-komunitas bila ingin dibina sampai bisa menghasilkan karya. Karyanya nanti juga bisa menjadi koleksi Pojok Baca Komunitas Gubuk Literasi SMAIS,” jelasnya.
Ia menuturkan, tahun 2021 komunitasnya berhasil menciptakan sebanyak 25 karya buku. Karya tersebut hasil murni dari anggota komunitasnya. “Proses pembuatan 25 karya itu menghabiskan waktu tiga bulan. Dari bulan Februari sampai April 2021 pada program Tumpah Aksara. Dan selesai di bulan Mei,” tuturnya.
Karya-karya siswa ini sudah terbit berupa buku dan sudah ber-ISBN. Tumpah Aksara merupakan salah satu program tahunan Komunitas Gubuk Literasi. Pembinaannya setiap minggu secara daring atau online. Mengingat saat ini masih masa pandemi.
Pada event tertentu, kata Marwa, komunitasnya juga sering kali menggelar Lapak Baca Buku Gratis. Agar pembaca (selain komunitasnya) dapat menambah ilmu tentang menulis.
Guru pembina Komunitas Gubuk Literasi SMAIS, Diah Budiarti, S.Pd., M.Pd mengatakan wajib bagi anggota Komunitas Gubuk Literasi SMAIS membuat buku ataupun mengikuti lomba seperti KTI dan lain sebagainya.
“Saya menegaskan agar karyanya murni dari pemikiran sendiri. Kami tidak mentoleransi plagiasi. Jika, karya sudah jadi nanti ada yang disimpan di sekolah dan ada juga yang diberikan kepada siswa kembali,” jelasnya.
Adapun syaratnya, yaitu tulisan siswa harus berjenis fiksi, dengan minimal 50 karya puisi, 8 cerpen, atau setebal 60 halaman lebih untuk bisa diterbitkan di Penerbit ber-ISBN.
Dengan begitu, Diah berharap bahwa siswanya dapat menjadi penulis dan pengarang handal ternama di masa depan. “Saya yakin, berawal dari menulis dan menerbitkan buku di usia muda akan menjadikan mereka hebat luar biasa,” tegasnya.
Walaupun siswa telah membuat karya buku, nanti akan terus dibina mengenai kepenulisan. Misalnya, penambahan materi, dan persiapan untuk penerbitan buku tahun berikutnya. Buku-buku yang sudah dihasilkan, dapat dijual dan ditangani oleh divisi entrepreneur komunitas baik secara cetak ataupun bentuk e-book. (imm)