MALANGTREND.COM – Sate Kambing yang digoreng, tongseng kambing hingga gulai kambing ada di satu kedai. Di Kedai Sate Kambing Mbah Mad Pasar Klojen. Penikmat daging kambing senang merapat ke sini.
Yang menjadi khasnya Kedai Sate Kambing Mbah Mad yakni Sate Kambing digoreng. Punya sensasi tersendiri bagi penyuka sate kambing.
“Sate kami goreng agar lebih praktis dengan bumbu racikan khas kami, dan di sini dijamin daging kambingnya tanpa bau,” papar salah satu penjaga kedai Sate Kambing Mbah Mad saat dikunjungi.
Menu di Kedai Sate Kambing Mbah Mad juga ramah di kantong pengunjung. Mulai Rp 20 ribuan saja, untuk menu nasi gule. Lalu jika ingin menikmati nasi tongseng hanya seharga Rp 20 ribu.
Untuk menu andalan yakni sate kambing goreng dibanderol Rp 25 ribu, sudah dapat 5 tusuk sate. Jika ingin tambah mantap bisa dilengkapi dengan nasi putih hanya menambah Rp 5.000. Jadi hanya Rp 30 ribu sate goreng kambing khas Sate Kambing Mbah Mad sudah bisa disantap.
“Saya ke sini kalau ndak makan sate gorengnya ya saya bawa pulang gulai dan tongsengnya. Enak, gak bau memang dan gurih-gurih manis,” papar salah satu pengunjung, Prisila saat ditemui.
Untuk lebih nyaman dibawa pulang, Kedai Sate Kambing Mbah Mad menyediakan menu yang terpisah. Gulai yang dipisah kuahnya dibanderol Rp 25 ribu sama halnya jika ingin memisah tongseng kambingnya.
Kedai Sate Kambing Mbah Mad buka mulai Selasa sampai Minggu di Pasar Klojen. Pengunjung bisa mulai datang sejak pukul 08.00 WIB sampai tutup kedai ini di pukul 13.00 WIB. (ica/van)
September, Aktivitas Menabung Turun//
MALANGTREND.COM, MALANG- Kegiatan menabung warga menurun. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Menabung Konsumen (IMK) pada bulan September 2025 berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). IMK tercatat berada di level 77,3, sedikit menurun sebesar 1,6 poin dari posisi bulan sebelumnya. Kegiatan menabung yang menurun juga dirasakan warga Kota Malang. Salah satunya disampaikan Maharani, warga asal Kelurahan Bumiayu Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
“Saya memang per bulan nabung, paling tidak a Rp 700 ribuan lah di bank. Tetapi bulan lalu agak susah, saya hanya bisa menabung Rp 500 ribu saja. Banyak kebutuhan dan juga bahan-bahan pokok banyak yang naik, ” jelas ibu dua orang anak ini.
Menurut data LPS, melalui siaran pers resminya, pekan lalu IMK menurun sejalan dengan pelemahan Indeks Intensitas Menabung (IIM) pada periode yang sama, yakni sebesar 3,6 poin ke level 67,1.
LPS mencatat untuk porsi responden yang menilai bahwa jumlah yang ditabung lebih kecil dari yang direncanakan mengalami peningkatan dari 47,5 persen pada Agustus 2025 menjadi 54,4 persen pada September 2025. Akan tetapi, pada periode yang sama, porsi responden yang menyatakan tidak pernah menabung turun dari 32,0 persen menjadi 30,3 persen.
Dalam survei ini, diketahui juga bahwa masyarakat yang menyatakan bahwa tiga bulan mendatang merupakan waktu yang tepat untuk menabung tercatat meningkat. Yaitu menjadi 35,8 persen dari 31,6 persen pada periode yang sama.
“Perkembangan ini mencerminkan intensitas menabung konsumen yang melandai seiring dengan meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan pada tahun akademik baru. Meski demikian, niat menabung konsumen masih terjaga, baik untuk saat ini maupun tiga bulan ke depan,” ujar Direktur Group Riset LPS, Seto Wardono dalam keterangan pers resmi tertulis.
Hal ini dibenarkan pula oleh seorang warga asal Kelurahan Merjosari Maulana. Ia menyampaikan bahwa pemenuhan kebutuhan pendidikan dan juga kebutuhan rumah tangga di dua bulan terakhir memang besar. Menurut dia, pertengahan tahun memang menantang bagi keuangan rumah tangganya. Sehingga kegiatan menabung agak melambat pada periode tersebut.
“Makanya kalau bulan-bulan tahun ajaran baru atau hari raya itu pengeluaran banyak. Kami nabung biasanya setelah itu, di awal-awal tahun biasanya kami gencar nabungnya dan mau akhir tahun kalau ada sisa kami pasti nabung sebisanya,” kata Maulana. Dari catatan LPS pula tercatat beberapa kelompok pendapatan rumah tangga (RT) yang intensitas aktivitas menabungnya menurun di Bulan September 2025. Yakni pada kelompok RT berpendapatan di atas Rp 1,5 juta sampai Rp 3 juta/bulan mengalami kontraksi paling dalam (turun 6,1 poin). Kemudian diikuti RT berpendapatan di atas Rp 3 juta sampai Rp 7 juta/bulan (turun 1,9 poin). Lalu RT berpendapatan di atas Rp 7 juta/bulan (turun 0,4 poin). Meski menurun, RT berpendapatan di atas Rp 7 juta/bulan tetap berada di atas 100. Sebaliknya, terjadi peningkatan pada kelompok RT berpendapatan kurang dari Rp 1,5 juta/bulan (naik 21,8 poin mtm/ bulanan). (ica/van)