Malangtrend.com – Peringatan Ke-59 Hari Kesehatan Nasional (HKN) Indonesia, membawa transformasi kesehatan untuk lebih baik. Seperti halnya perjalanan transformasi yang dikerjakan oleh IHC RS Lavalette Malang. Direktur IHC RS Lavalette dr. Mariani Indahri, MMRS., mengatakan tema HKN di 2023 Ini memang sejalan dengan enam pilar, transformasi pelayanan kesehatan oleh Kementrian Kesehatan periode 2021-2024. Transformasi adalah perubahan cepat ke arah yang lebih baik.
“Ada enam pilar utama, yakni transformasi layanan primer, layanan rujukan, sistem ketahanan kesehatan, sistem pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan dan teknologi kesehatan,” bebernya.
Mariani Indahri juga menjelaskan, rumah sakit (RS) tentu yang merupakan rujukan kesehatan, berperan aktif dalam program transformasi kedua. Yakni meningkatkan akses dan mutu layanan kesehatan sekunder, untuk RS tipe D dan C, serta layanan kesehatan tersier untuk RS tipe B dan A.
Sementara itu, RS Lavalette adalah RS milik BUMN di bawah korporasi IHC (Indonesia Healthcare Corporation) yang merupakan Holding Rumah Sakit BUMN. Selain itu, Lavalette merupakan salah satu RS tipe B di Malang, dengan kapasitas 201 tempat tidur.
Melihat upaya transformasi ini, ia melihat bahwasanya kesiapan yang dilakukan RS, adalah mulai melakukan self assesment. Melalui pemetaan kemampuan pelayanan, untuk enam layanan unggulan. Mulai dari kanker, jantung, stroke, urologi-nephrologi/ginjal dan saluran kemih, maternal neonatal (ibu dan anak), dan diabetes melitus.
“Dinas Kesehatan (Dinkes) di setiap wilayah akan menentukan RS jejaring pengampuan. Sehingga bagi RS yang terpetakan dan mampu dalam memberikan layanan unggulan tersebut, bisa berjejaring rujukan dengan RS yang masih belum tersedia layanan kesehatan yang dibutuhkan tersebut,” terangnya.
Ke depan, tantangan di dunia kesehatan adalah kesiapan dan ketersediaan SDM kesehatan, yang cukup dan kompeten di lapangan. Selain itu, kesiapan infrastruktur kesehatan di lapangan yang pastinya membutuhkan butuh biaya yang besar dan tidak murah, untuk pengadaanya.
“Juga tantangan regulasi-regulasi turunan sebagai bentuk pengaman, agar transformasi ini bisa berjalan on the track (sesuai jalur), dan tidak dimanfaatkan oleh oknum untuk kesejahteraan atau kepentingan pribadi dan kelompok,” jelas Maria.
Ia mengatakan bahwa, IHC RS Lavalette telah siap untuk mendukung transformasi kesehatan. Melalui kemampuan di layanan unggulan. Di RS Lavalette sendiri, layanan yang sejalan dengan transformasi kesehatan sudah diterapkan.
Seperti, layanan unggulan kanker dari RS Lavalette yang telah mengembangkan Cancer Centre. Layanan ini meliputi layanan deteksi dini, diagnostik, tetapi (khemoterapi, pembedahan, radioterapi) dan rehabilitatif & penunjang (intervensi nyeri, psikolog klinis, nutrisionist, dan lain-lain). Layanan kanker RS Lavalette juga didukung Dokter sub-Spesialis di bidang onkologi yang lengkap.
Kemudian di layanan unggulan ginjal-urologi, yang mana RS Lavalette memiliki 68 mesin dialisis (cuci darah) ,CAPD, bedah urologi dan ESWL untuk mengatasi penyakit terkait ginjal dan urologi. Ketiga, ada layanan unggulan NICU untuk rujukan kasus neonatal yang perlu perawatan intensif dari proses kelahiran.
RS Lavalette memiliki layanan NICU di bawah supervisi Dokter Spesialis Anak Konsultan Neonatologi. Seringkali menerima kasus bayi prematur dan berat badan lahir rendah dari berbagai daerah. “Perawatan NICU yang tepat dan mudah terakses, akan menolong outcome (hasil/luaran) yang lebih baik untuk potensi kesehatan generasi penerus bangsa,” bebernya.
Ia berharap bila transformasi kesehatan ini berjalan baik, berdampak terhadap peningkatan kesadaran masyarakat. Transformasi harus berperan dalam mengupayakan kesehatan yang preventif, kemudahan aksesibilitas pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan peluang pemerataan layanan kesehatan.
“Produksi alat kesehatan dan obat bisa berdaulat di negeri sendiri. Pembiayaan kesehatan yang bisa memberikan rasa adil, untuk semua pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan dan masyarakat,”
“Selain itu, transfer keilmuan di SDM kesehatan dan pemerataan kecukupan tenaga kesehatan di wilayah Indonesia. Dan terkahir, adalah percepatan digitalisasi pertukaran data kesehatan, seperti aplikasi Satu Sehat,” pungkasnya. (rex/bua)