Maria Carmela Nur Indri Hariani Peraih Dekranasda Award
Tergerak hati mengembangkan potensi dan bakat Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) membuat Maria Carmela Nur Indri Hariani melepaskan karirnya bertahun-tahun sebagai tenaga pendidik profesional. Dia memilih meninggalkan jabatan kepala sekolah untuk fokus mengembangkan bakat ABK di Malang Raya.
MALANGTREND.COM-Dedikasi Maria Carmela Nur Indri Hariani ini terbukti dengan apresiasi yang baru saja ia dapat. Perempuan asal Kelurahan Bumiayu Kecamatan Kedungkandang Kota Malang ini mendapat
apresiasi Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Malang. Yakni Dekranasda Award Tahun 2025 yang digelar September lalu. Maria, sapannya mendapat apresiasi sebagai “Tokoh Penggerak Batik Disabilitas”.
Dia menjadi sosok di balik sebuah karya batik yang populer dikenal masyarakat Malang Raya dengan sebutan Batik Djagat Topeng. Batik ini merupakan batik yang dihasilkan oleh kreasi Anak-Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari Malang Raya.
“Saya dulu Kepsek (Kepala Sekolah) PAUD Santa Immaculata Kepanjen. Tahun 2020 saya mengundurkan diri dan mendirikan Yayasan D-Mart Titik Tenger. Di 2019 memang sudah bangun itu, memang awal-awal,” papar Maria kepada Malang Posco Media.
Pada saat menjadi kepala sekolah, Maria mendapatkan sebuah program pelatihan. Saat itu para tenaga pendidik diminta mengikuti pelatihan membatik selama sebulan. Dari pelatihan itu, Maria bertemu dengan seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB).
Dari sana, ada hal yang menggerakan hati Maria untuk bisa memberikan dan menghasilkan sesuatu. Ia terinspirasi memberikan ilmu membatik itu kepada anak berkebutuhan khusus.
Pada 2019 dia dan beberapa kawan mulai merintis kegiatan dengan skala lebih besar. Dan mengajak ABK se-Malang Raya dengan menggandeng SLB-SLB yang bisa ia jangkau.
“Jadi kami ajak karena kami buat kegiatan membatik bersama ABK. Kami kerja sama dengan SLB se-Malang Raya. Dari situlah kemudian semakin giat dan kami membuat Yayasan DMart Titik Tenger itu. Sampai saat ini kami bekerjasama dengan 111 SLB. Ada 2 dari Batu, 14 dari Kabupaten Malang dan 12 dari Kota Malang satunya UPT,” kata Maria.
Awalnya tempat kreasi membatik bersama ABK dipusatkan di Pasar Seni Bareng Lantai 3. Namun semakin berkembang. Hingga kini tempat pelatihan dan produksi Batik Djagat Topeng juga ada di Griya Ramah Difabel di Kelurahan Bumiayu Kecamatan Kedungkandang Kota Malang.
Galeri hasil-hasil karya ABK ini juga bisa dilihat warga di Gedung DPRD Kota Malang. Di sebuah ruang pamer D-Mart yang ada di Lantai I Gedung DPRD Kota Malang. Itu semua hasil karya ABK yang kemudian dijual. Hasilnya penjual langsung diberikan kepada ABK yang menghasilkan karya-karya tersebut. Galeri lain juga ada di Hotel Grand Mercure Malang Mirama.
“Kami di Yayasan ada sembilan orang yang menjadi pengajar. Termasuk saya. Banyak dari kami memiliki latar belakang tenaga pendidik. Ada juga yang memang instruktur atau pendamping ABK dan banyak lainnya. Memang kami sukarela saja,” tegas Maria.
Dijelaskan dia mengajar ABK memang tidak sama dengan mengajar anak lainnya. Meski begitu dari semua hasil yang ada, Maria menunjukkan ABK memiliki potensi bakat seni yang sama dengan anak-anak normal lainnya.
Di yayasannya, ABK diajarkan tidak hanya membatik saja. Tetapi juga membuat karya-karya seni lainnya. Seperti membuat Topeng Malang.
“Kami tidak hanya membatik. Juga buat Topeng Malang dengan metode dua dan tiga dimensi. Yang terbaru ada ketrampilan Diamond Painting juga. Lalu Menari, Tari Topeng juga. Mereka juga bisa membuat souvenir dan aksesori lainnya. Banyak sekali,” kata Maria.
Hingga saat ini secara rutin ada 50 ABK yang belajar dan menghasilkan karya seninya di DMart Titik Tenger. ABK yang datang dikirim dari SLB yang ada di Wilayah Malang Raya.
Terkait dengan apresiasi yang ia dapatkan dalam Dekranasda Award Tahun 2025 belum lama ini, Maria berharap apa yang ia lakukan juga menginspirasi warga Malang Raya lainnya. Terlebih untuk memberi ruang kreasi pada anak-anak berkebutuhan khusus.
“Tidak hanya pada ABK tetapi juga pada kaum disabilitas lainnya. Mereka memiliki bakat yang sama. Diperhatikan, diberi ruang dan dikembangkan. Itu saja yang dibutuhkan. Semoga kami juga bisa terus berkembang dan menemukan bakat-bakat potensial lainnya dari ABK di sini,” pungkas Maria. (sisca angelina/van)