Malangtrend.com – Crane dan alat berat akhirnya dikerahkan untuk mengevakuasi reruntuhan bangunan musala Ponpes Al Khoziny, Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Kamis (2/10) kemarin. Mulai pukul 11.30 WIB, alat-alat berat tersebut mulai masuk ke area ponpes. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, membuat petugas gabungan memutuskan mengerahkan alat-alat beras tersebut.
Sejak Rabu (1/10) malam dan mendekati habisnya masa golden time selama 72 jam, Kamis kemarin, tanda-tanda kehidupan di balik reruntuhan memang tak lagi ditemukan Tim SAR gabungan. Setelah evakuasi korban terakhir yang diketahui bernama Rozi, Rabu malam sekitar pukul 20.30 WIB, tim SAR mencoba mencari titik-titik lain yang diprediksi masih ada korban. Padahal masih terdapat 59 korban belum ditemukan.
“Sekarang yang masih hilang, yang ada datanya, yang ada fotonya itu sementara terdata 59 orang. Tapi secara ilmu pengetahuan itu tidak lagi ditemukan tanda-tanda kehidupan ya. Kami masih memberi waktu kepada tim gabungan dari mulai kemarin sore sampai tadi pagi,” ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjend TNI Suharyanto.
Lantas akhirnya pada Kamis pagi kemarin, mulai dikomunikasikan dengan keluarga korban. Mereka menyepakati untuk menggunakan alat berat untuk mengangkat material dan puing reruntuhan. Ada lima crane dan 30 truk pengangkut material yang digunakan.
“Hari ini akhirnya evakuasi menggunakan alat berat. Kesepakatan ini sudah disetujui keluarga korban,” tuturnya.
Kemudian, disiapkan 30 ambulans dan 300 kantong jenazah untuk mendukung proses evakuasi. Ia menambahkan, setiap jenazah yang berhasil dievakuasi akan langsung dibawa ke rumah sakit untuk proses identifikasi.
“Kami pastikan evakuasi berjalan tertib. Masyarakat tidak diperkenankan melihat langsung di lokasi untuk menjaga kondusivitas,” tandasnya.
Oleh sebab itu, demi kelancaran evakuasi, area reruntuhan musala telah disterilisasi. Termasuk gedung di sekitar lokasi dikosongkan dan dilakukan penyemprotan guna meminimalisasi aroma yang tidak sedap.
Di sisi lain dia menegaskan, meski evakuasi akhirnya dilakukan menggunakan alat berat, pihaknya berharap masih ada korban selamat yang ditemukan.
“Semua berharap masih ada yang bisa diselamatkan meski evakuasi akan terus berjalan sampai semua korban ditemukan. Dilanjutkan tahap recovery dan rekonstruksi,” tambah dia.
Hingga Kamis kemarin, data BNPB mencatat ada sekitar 59 orang dilaporkan hilang. Meski belum dipastikan seluruhnya tertimbun, pencarian terus dikebut dengan melibatkan 219 personel gabungan.
Sementara itu, Kepala Basarnas Surabaya, Nanang Sigit mengatakan, karena hasil pencarian manual nihil, tim SAR Gabungan akhirnya mempersiapkan opsi penggunaan alat berat.
Keputusan diambil setelah fase pencarian darurat (golden time) resmi dinyatakan berakhir. Upaya pencarian manual dengan metode verbal maupun penggunaan alat pendeteksi suara sejak Rabu malam, tidak lagi menemukan tanda-tanda kehidupan.
“Keputusan itu kami bawa ke forum bersama keluarga korban. Kami tidak ingin mengambil langkah tanpa persetujuan mereka,” katanya.
Rapat koordinasi itu dihadiri Menko PMK Pratikno, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, serta jajaran Forkopimda. Kehadiran mereka memberikan dukungan moral sekaligus menegaskan keseriusan pemerintah dalam menangani bencana ambruknya musala Ponpes Al Khoziny Buduran Kabupaten Sidoarjo. (mtc/mpm)