Malangtrend.com – Tim dosen Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang melaksanakan program pembinaan Industri Rumah Tangga-Usaha Mikro (IRT-UM) Berbasis Kemitraan. Sasarannya tiga UMKM yang berada di Malang. Yakni UMKM Bumbu Gado-gado Putri Srikandi, Bumbu Pecel Bu Firda dan Lontong Clumprit. Dana kegiatan ini bersumber dari Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kemendikbudristek RI.
Tim tersebut terdiri dari beberapa dosen lintas program studi. Yaitu, Dr. Sinar Perbawani Abrina Anggraini,S.T.,M.T, Prof. Dr. Ir. Widowati, MP, Dr. Ana Arifatus sa’diyah, SP., MP, Dr Dian Noorvy Khaerudin, ST.. MT, Dr. Budi Santosa, SP., MP, Dr. Asnah, S.P., M.P, Fikka Kartika Widyastuti, S.Si., M.Si, dan Latif Fianto, S.I.Kom., M.I.Kom. Tim dosen itu juga dibantu lima mahasiswa yang berkaitan dengan program MBKM.
Ketua Program Pelaksana, Dr. Sinar Perbawani Abrina Anggraini,S.T.,M.T mengatakan, dalam program tersebut timnya memberikan bantuan dan pendampingan kepada tiga UMKM. Bantuan yang dimaksud berupa alat-alat produksi tepat guna serta beberapa pendampingan.
Seperti pendampingan pelatihan managerial, membuat sertifikasi halal, laporan keuangan, hak cipta merk dan sebagiannya. “Kegiatan ini kami laksanakan mulai pertengahan Bulan Oktober lalu sampai 15 Desember 2024 mendatang. Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas pendapatan dari UMKM yang menjadi mitra kami,” ujar Rina, sapaan akrabnya.
Dia menjelaskan, sejauh ini UMKM Bumbu Gado-gado Putri Srikandi menjalankan usahanya dengan cara lama. Dalam mencetak bumbu gado-gado menjadi persegi masih menggunakan secara manual. Butuh waktu lama saat penimbangan produk agar sesuai dengan ukuran kemasan yang digunakan. “Dengan alat pencetak otomatis yang kami berikan akan menghasilkan cetakan bumbu gado-gado sebanyak 30-35 buah dalam waktu 1 menit, sehingga akan mengalami peningkatan efektivitas,” kata Rina.
“Dalam hal pembukuan, UMKM ini belum tercatat secara baik dan benar. Belum menggunakan analisis SWOT dan Break Event Point. Hal ini mengakibatkan kesulitan dalam melakukan analisis rugi laba, perhitungan rugi laba dan rencana pengembangan,” sambungnya.
Sedangkan di UMKM Bumbu Pecel Bu Firda, lama waktu pengemasan menggunakan hand sealer membutuhkan waktu 11 detik untuk menghasilkan satu bungkus bumbu pecel dan tidak tahan lama. Daya simpan bumbu pecel ini mampu memiliki kondisi baik hanya 4 bulan saja. Kemasan yang kurang rapat dapat mengakibatkan jamur yang tumbuh.
“Pada proses produksi hingga pengemasan membutuhkan waktu 10 jam untuk 5 kg bumbu pecel. Perlu adanya alat pengemas yang semi otomatis dan rapat dalam mengemas. Alat pengemas semi otomatis mampu menghasilkan 2 bungkus bumbu pecel dalam waktu 6 detik,” terang Rina.
Selanjutnya, pendampingan diberikan kepada UKMK Lontong Clumprit di Merjosari Kecamatan Lowokwaru. Bantuan diberikan berupa alat pencucian beras. Alat yang digunakan selama ini sudah tidak sesuai dengan kapasitas. Sehingga butuh alat pencuci beras semi otomatis dengan kapasitas yang lebih besar. Alat ini membutuhkan waktu hanya 5 menit dalam kapasitas sebanyak 25 kg beras. (imm/udi/mtc)