Malangtrend.com – Ramadan adalah bulan suci yang penuh dengan makna kedisiplinan waktu. Kedisiplinan waktu adalah teladan yang kita pelajari sebulan penuh selama ramadan. Perjalanan spiritual seorang muslim terkontrol dengan sangat baik. Waktu sholat, tadarus, sahur, berbuka, mengkaji keilmuan Islam, dan bekerja sehari-hari. Kontrol waktu masing-masing pribadi seperti inilah yang jarang ditemukan di bulan lain selain ramadan.
Lantas apa hubungan ramadan dengan kedisiplinan waktu? Kita takut terlambat bangun saat waktu sahur dan menunggu datangnya maghrib dengan sabar. Jam sholat yang biasanya kita undur-undur berubah menjadi gerak cepat. Sehaus apapun, kita tak bisa mencuri waktu untuk berbuka kalau belum waktunya meskipun tak ada yang mengetahui kecuali Allah SWT.
Kedisiplinan tinggi inilah yang diajarkan secara langsung oleh Ramadan. Setiap tahun, Ramadan hadir memberi banyak pelajaran sangat berarti bagi diri kita. Terutama terkait dengan manajemen waktu. Dan Ramadan mengajarkan kita jujur, tak berlaku curang, khususnya terkait korupsi waktu? Edukasi ini sangat penting agar kita tidak menjadi pelaku-pelaku yang secara sadar atau tidak, sudah mengorupsi waktu kerja kita.
Kasus korupsi di Indonesia sangat merajalela. Mengutip pemberitaan negara terkorup di dunia adalah Somalia. Sementara Indonesia berada di peringkat 34 negara terkorup di dunia. Hal ini bukan tanpa dasar karena pemeringkatan didasarkan pada Corruption Perceptions Index (CPI).
Lantas apakah korupsi yang sudah mengakar di Indonesia bisa diberantas tuntas? Jawabannya tentu bisa asal semua stakeholder dan masyarakat berkomitmen memberantas tindakan-tindakan koruptif dari yang paling kecil. Salah satunya adalah korupsi waktu. Terkesan seperti persoalan sepele, tapi efeknya sangat besar bagi kerugian negara dan bangsa.
Sadar atau tidak kita sadari, mungkin kita adalah salah satu dari abdi negara, pekerja atau karyawan yang melakukan korupsi waktu dalam bekerja. Kita yang dengan sadar tidak disiplin pada jam kerja, tidak komitmen pada janji setia abdi negara, dengan membuang waktu tanpa pekerjaan yang jelas dan produktif.
Tak perlu jauh-jauh menyalahkan pejabat, atau siapapun. Di lingkungan terdekat kita saja, bisa diamati betapa manajemen waktu masing-masing pegawai, karyawan punya standar yang berbeda. Ada yang tertib datang tapi tak ada pekerjaan yang dikerjakan di kantor. Asal memenuhi jam kerja, sudah merasa bekerja sesuai dengan tupoksinya.
Yang parah, ada yang dengan sadar selalu tidak disiplin. Datang sudah terlambat, dan pulang lebih awal dengan segala alasan yang bisa dibuat. Kondisi makin parah kalau pimpinannya justru memberi teladan tidak disiplin waktu. Maka bisa dipastikan akan ditiru oleh bawahan dan karyawannya. Pimpinan yang baik akan jadi role model yang baik, begitu juga sebaliknya.
Karena itulah disiplin waktu menjadi standar tinggi betapa integritas abdi negara, karyawan dan pekerja dinilai. Karena disiplin waktu adalah bagian dari karakter masing-masing orang. Khususnya abdi negara, pekerja dan karyawan. Siapa yang berani korupsi waktu maka sejatinya dia sudah merugikan negara. Kalau karyawan dan pekerja sudah merugikan perusahaannya.
Waktu merupakan hal paling tidak bisa diubah. Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyum menyebutkan waktu layaknya pedang. Setiap saat bisa menebas kepentingan kita secara terang benderang. Ketidakdisiplinan waktu akan merusak sistem yang telah dibangun dengan sebaik-baiknya.
Seorang hakim di Batulicin, Kalimantan Selatan Syaiful Annas, dalam tulisannya mengutip penelitian tentang korupsi waktu oleh Indria Mayesti, Widyaiswara Bandiklatda Provinsi Jambi dan Dosen Tetap STIE Muhammadiyah Jambi.
Dalam penelitian pada 2013 itu, Indria mengkalkulasikan bahwa korupsi waktu 1 jam saja per hari oleh Aparatur Sipil Negara (ASN), maka negara dirugikan Rp 14 juta per tahun. Itu baru satu ASN lantas bagaimana jika 4 juta ASN di Indonesia korupsi waktu, kerugian negara bisa triliunan rupiah. Referensi kerugian sektor swasta (pemberi kerja) dalam hal korupsi waktu belum ditemukan penelitian yang spesifik.(aclc.kpk.go.id, 31/05/2022)
Korupsi waktu bisa dicegah jika nilai-nilai integritas ditanamkan dalam diri masing-masing. Ada sembilan nilai integritas yang dirilis KPK. Yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Nilai-nilai ini bukanlah sekadar jargon.
Pertanyaannya, apakah sudah selaras seluruh nilai integritas itu kita miliki? Ada kata-kata bijak. ‘’Jika tak mampu mengubah dunia, maka ubahlah diri Anda sendiri.’’ Artinya sikap kita yang kesannya selesai, jelas tidak pernah selesai (wajib belajar terus menerus) untuk memunculkan nilai-nilai integritas tersebut.
Dengan menerapkan beberapa nilai integritas ini, maka siapapun dan apapun pekerjaannya akan menyadari bahwa pekerjaan adalah amanah dan tanggungjawab yang harus dikerjakan, dijalani dengan penuh tanggung jawab dan rasa syukur. Dalam kondisi inilah, spirit dan nilai nilai Ramadan bisa membentuk karakter dan integritas masing-masing orang.
Seseorang yang berintegritas akan menerapkan kedisiplinan dalam bekerja dan selalu jujur dalam bertindak dan beretika dalam berbicara. Semoga keilmuan, kesabaran serta disiplin waktu yang diajarkan selama bulan Ramadan membimbing dan mendisiplinkan kehidupan emosional dan spiritual kita ke arah yang lebih baik. Semoga!! (*)